I'm Miserable Now...
Kata orang umur 17 adalah masa dimana seseorang dianggap dewasa. Ooops, kata orang Indonesia maksudnya. Kalo bagi orang2 di Inggris Raya, umur dewasa itu adalah 18 tahun, seperti saya sekarang. Disana anak 2 umur 18 udah boleh menikah tanpa izin. Wow!! Yeah, itu sih kata guru2 bahasa Inggris di TBI dulu. Mereka kan emang orang Inggris, jadi say percaya aja. Haha...
Bagi saya umur 18 tahun bukan usia dikatakan dewasa tapi usia dimana kita dituntut jadi dewasa. See? betapa kejamnya dunia ini. Dunia yang memaksa kita harus dewasa.
Seperti yang saya alami sekarang. Saya merasa saya sedang dipaksa untuk menjadi dewasa. Dari lubuk hati yang paling dalam saya merindukan hari2 saya yang dulu. Sepertinya dulu saya hidup menyenangkan. Kalaupun ada kendala saya bisa dengan mudah menghadapi dan mengatasinya.
Saya adalah orang yang sangat suka berpikir, dari dulu. Tidak heran kalo dulu teman2 sering menemukan rambut putih alias uban di rambut saya. Bukan satu atau dua, tapi banyak.
Dulu setelah saya selesai berpikir saya bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Sekarang?! setelah saya berpikir saya bukannya mendapat satu keputusan, saya malah mendapat ekstra masalah. Huh, menyebalkan!
Dulu saya merasa punya prinsip, kalau A ya A, kalau B ya B. Sungguh konsisten, idealis, dan realistis! Tapi sekarang beda. Saya jadi orang yang....plin plan. Saya memutuskan sesuatu tidak murni karena saya mau, tapi juga karena orang lain.
Saya masih ingat perkataan Ayah saya, "Adek ini berubah, gak kayak dulu". Waktu itu sih Ayah bilang itu waktu saya gak shalat Subuh beberapa hari. Tapi saya terus merenung dan saya mendapati bahwa perkataan Ayah waktu itu lebih luas dan dalam daripada sekedar gak shalat Subuh.
Hhhh...kira2 saya kenapa ya?
Saya gak tau apakah ini satu perubahan yang baik atau buruk. Kalau dulu saya hanya mementingkan diri sendiri. Jadi saya memutuskan sesuatu dengan cepat. Tapi sekarang, banyak hal yang saya pertimbangkan. Saya jadi lebih memikirkan pandangan orang terhadap saya. Kalau dulu saya tidak memperdulikan itu semua. Prinsip saya, I live in my own world. Sekarang saya merasa I live in 'our' world, malah kadang2 in others' world. Dimana setiap orang memperhatikan tingkah laku saya. Begitu juga dengan orang lain. Setiap orang memperhatikan setiap orang. Everyone watch everyone.
Pernah merasa seperti itu?
Duh, saya jadi kacau kalau memikirkan ini...
Jadi ingat lirik lagunya The Smiths...
I was happy in a haze of a drunken hour
But heaven knows I'm miserable now
I was looking for a job and I found a job
And heaven knows I'm miserable now
In my life, why do I give valuable time
to people who don't care if I live or die...
Lumayan mirip sama keadaan saya. Saya bisa ngakak, gembira di saat bersama orang ramai, cuma Allah yang tau kalau saya lagi kacau. Dan saya sering berpikir, untuk apa saya menghabiskan waktu saya bersama orang yang gak peduli sama saya????
God, what happend with me?
Bagi saya umur 18 tahun bukan usia dikatakan dewasa tapi usia dimana kita dituntut jadi dewasa. See? betapa kejamnya dunia ini. Dunia yang memaksa kita harus dewasa.
Seperti yang saya alami sekarang. Saya merasa saya sedang dipaksa untuk menjadi dewasa. Dari lubuk hati yang paling dalam saya merindukan hari2 saya yang dulu. Sepertinya dulu saya hidup menyenangkan. Kalaupun ada kendala saya bisa dengan mudah menghadapi dan mengatasinya.
Saya adalah orang yang sangat suka berpikir, dari dulu. Tidak heran kalo dulu teman2 sering menemukan rambut putih alias uban di rambut saya. Bukan satu atau dua, tapi banyak.
Dulu setelah saya selesai berpikir saya bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Sekarang?! setelah saya berpikir saya bukannya mendapat satu keputusan, saya malah mendapat ekstra masalah. Huh, menyebalkan!
Dulu saya merasa punya prinsip, kalau A ya A, kalau B ya B. Sungguh konsisten, idealis, dan realistis! Tapi sekarang beda. Saya jadi orang yang....plin plan. Saya memutuskan sesuatu tidak murni karena saya mau, tapi juga karena orang lain.
Saya masih ingat perkataan Ayah saya, "Adek ini berubah, gak kayak dulu". Waktu itu sih Ayah bilang itu waktu saya gak shalat Subuh beberapa hari. Tapi saya terus merenung dan saya mendapati bahwa perkataan Ayah waktu itu lebih luas dan dalam daripada sekedar gak shalat Subuh.
Hhhh...kira2 saya kenapa ya?
Saya gak tau apakah ini satu perubahan yang baik atau buruk. Kalau dulu saya hanya mementingkan diri sendiri. Jadi saya memutuskan sesuatu dengan cepat. Tapi sekarang, banyak hal yang saya pertimbangkan. Saya jadi lebih memikirkan pandangan orang terhadap saya. Kalau dulu saya tidak memperdulikan itu semua. Prinsip saya, I live in my own world. Sekarang saya merasa I live in 'our' world, malah kadang2 in others' world. Dimana setiap orang memperhatikan tingkah laku saya. Begitu juga dengan orang lain. Setiap orang memperhatikan setiap orang. Everyone watch everyone.
Pernah merasa seperti itu?
Duh, saya jadi kacau kalau memikirkan ini...
Jadi ingat lirik lagunya The Smiths...
I was happy in a haze of a drunken hour
But heaven knows I'm miserable now
I was looking for a job and I found a job
And heaven knows I'm miserable now
In my life, why do I give valuable time
to people who don't care if I live or die...
Lumayan mirip sama keadaan saya. Saya bisa ngakak, gembira di saat bersama orang ramai, cuma Allah yang tau kalau saya lagi kacau. Dan saya sering berpikir, untuk apa saya menghabiskan waktu saya bersama orang yang gak peduli sama saya????
God, what happend with me?
Comments