Posts

Showing posts from 2015

Ms.Ananda's First Entry

Image
Waktu tidak cuma terbang tapi juga berjalan, berlari, teleportasi dan segala hal yang memerlukan kecepatan. Baru hari Senin, tau-tau sudah hari Minggu. Sepertinya baru saja saya memulai kehidupan sebagai seorang pengajar, rupanya anak-anak murid sudah selesai ujian final. I think I need to tell story how I ended up being an English teacher. How come?! I can’t say my English is so great that I’m capable to teach people. Kembali pada suatu hari yang tidak begitu cerah, saya terdiam di depan laptop yang menyala. Mencari akal untuk mendapatkan uang karena tak kunjung mendapat pekerjaan (setelah countless job interviews at some places in Indonesia). Kemudian saya pun iseng browsing tempat-tempat les bahasa asing di kota tempat domisili sekarang. Rencananya saya mau belajar bahasa asing saja (Mandarin/Jerman/Korea) daripada  setiap hari tanpa arah. Tapi dasar otak saya random luar biasa, saya malah iseng berfikir “apa aku ngajar anak orang bahasa Inggris aja ya?! Lumayan kayaknya. M...

Melepas Rindu

Haaaaaalllloooooo! Tidak bisa dijelaskan betapa rindunya saya akan kegiatan menyampah di blog. Namana juga BLOG SAYA jadi ya suka-suka lah mau nulis apa. *tetap menjadi diri yang mengesalkan* Jadi ceritanya saya mengimport semua blog yang saya punya ke sini, ke link yang sedang kalian baca ini http://anandaanwar.blogspot.co.id/. Kenapa? Karena saya pusing juga punya tiga blog dengan fokus isi bermacam-macam. Padahal kalau dipikir-pikir sama saja, semuanya dari saya, Ananda. Jadi, silahkan kalau berkenan membaca puisi-puisi galau yang berhasil saya ciptakan dan beberapa review musik Korea (yang tentu saja sudah out of date). Rencananya saya akan kembali mengaktifkan blog yang telah lama menjadi sarang laba-laba ini. Semoga saya istiqomah ya. :)

Gejolak Diri

Entah sampai kapan  gejolak ini bersemi dalam diri Mungkin akan cuti dari imaji yang terus berlari Mungkin disimpan dalam kertas-kertas memori Atau mungkin akan diberi  kepada si Penakluk Hati Yang pasti,  Aku tidak ingin dia mati atau sirna tanpa sempat direkam dalam nadi. 

Wisata Waktu Bersamamu

Kau dan aku di antara dimensi semu Bertemu lewat konspirasi alam dan seluruh makhluk Menunggu langit menggigit matahari yang berseri atau bulan menelan bintang yang saling terjang Ah, sungguh aku ingin berwisata waktu, bersamamu.

Tanya Cinta

Kalau cinta ada di udara udara, mengapa aku tak bisa menghirupnya? Kalau cinta itu buta, bagaimana ia bisa datang kepadaku? Kalau cinta mengalahkan semua, kuharap dia mampu menaklukkanku Kalau cinta memang akan menemukan jalannya, semoga dia tidak tersesat dalam perjalanan, menujuku,

Selamatkan Aku

Pikiranku penuh dengan kekosongan Hatiku diam dalam huncangan Mulutkau bungkam dalam keramaian Sayang, selamatkan aku dari kematian

Memilih

Tidur nyenyak terusik oleh suara magis dalam benak Membangunkan jiwa yang sejak dulu resah akan kehidupan dan semestanya Ada jalan menuju mimpi Harapan di ujung mata Maya dan nyata tampak serupa Maka mana yang akan dipilih untuk diri yang hampir mati?

Selalu Sendu

Hujan tak melagu dengan merdu Penampilan langit pun tidak menawan Seakan merayuku yang sedang rindu Kau bukan hujan Kau juga bukan awan Kau terlalu indah untukku yang selalu sendu

Tinggal Kelas

Di sekolah cinta aku adalah yang ketinggalan malas belajar, enggan bertanya Guruku tak banyak membantu Otakku membeku Mungkin aku perlu teman mengulang kelas sekali lagi.

Mendengarkan

Mereka bergunjing sampai terkencing Tentang hidup rumit yang bikin terkincit Aku diam saja sambil membaca.

Perantau Rasa

Kepalamu sibuk Aku terpuruk Seperti pendatang yang kebingungan melihat orang lalu-lalang Lampu kota silau dipandang Tapi pulang bukan pilihan karena hatimu adalah akhir tujuan.

Sebaiknya Kau Pergi

Kau seperti bahasa asing yang sulit dimengerti Suaramu bikin pusing buat aku teralienasi Sebaiknya kau pergi dari pulau sepi, bernama hati.

Hariku

Pagi terlalu dini untuk memikirkanmu Siang terlalu riuh untuk merindu Senja terlalu singkat untuk mengingatmu Tapi malam terlalu sepi untuk tidak mengenangmu

Versus

Aku ingin romantis tapi kau selalu kritis Aku suka yang manis kau terlalu sinis Sayang, aku ini dinamis Jadi maaf, waktumu habis.

Terjaga

Lama sudah kini menyepi dalam lautan mimpi hampir lupa terjaga lagi Mungkin sudah saatnya mengukir rasa melukis jiwa dengannya Sang Penyembuh Luka

Dalam Lubang Sampah Kesunyian

Aku bicara Dia meracau Mereka berdiskusi Suaraku tak bernyawa Sabdanya mengacau Wacana tiada solusi Akhirnya semua dicerna lubang sampah kesuyian

Sampingan

Selalu ada wajah yang dalam diam mencinta Menanti khayal jadi nyata Pena ada padanya Sang Perancang Cerita Mereka pun pudar dari layar. Perlahan-lahan.

Aku dan Kau

Aku ini pecinta kata Kau lah aksaranya Aku ini peramu rindu Kau yang selalu kuseduh Aku ini penyuka langit saat kutatap, kau yang selalu terbersit Aku ini penunggu setia Kau saja yang entah kemana.

Aku Ingin

Aku ingin menulis cerita cinta indah menggugah Aku ingin mengurai sajak puitis sampai meringis Aku ingin mengukir kisah sendu untuk merindu

Menunggu

Dalam kalut kita bersujud terdesak kita terisak Tak reda tanya tentang ada-Nya Padahal Dia ada di sana menunggu kita menyebut doa.

Tiba-tiba

Terik menggelitik tak mencipta tawa Membakar kulit hingga ternganga Sepertimu yang tiba tanpa pertanda Aku terperanjat, jatuh di tempat.

Mungkin

Hujan tak selalu tentang kenangan Mendung tak harus untuk merindu Bukan begitu?

Hilang

Mencarimu dalam pustaka memori yang berantakan Kau dan aku dalam cerita, seperti cinta Seperti waktu yang terus berlalu rupamu serupa debu melayang hilang dalam kenangan

Dari Layar Fantasi

Pesonanya menembus layar batas fantasi membuatku kaku dalam liarnya imajinasi Entah kapan sanggup berdiri tanpa bayangnya berlari di hati.

Apa Kau Tak Rindu?

Bahkan lampu kota dan langit malam pun tak bosan bercumbu . . . . . Apa kau tak rindu?

Hidup dan Mati

yang hidup akan mati yang mati akan hidup lagi yang hidup belum tentu hidup yang mati belum tentu mati hidup dan mati hanya soal esensi mungkin begitu.

Dalam Kegelapan

Maka datanglah dia dari sudut tak bermakna terhuyung, terjerembab dalam lubang semestanya Gelap adalah kekasihnya menemani dengan cahaya hitamnya Membungkus jiwa dalam kehangatan buta

Pecinta Kata

Banyak yang lupa indahnya merayakan kata Aksara adalah nyawa bukan cuma tanda tata bahasa Banyak yang alpa bahwa duka perlu dirasa tidak dilupa begitu saja Untuk apa mengingat luka? dia bertanya Bagiku kata adalah rasa penghapus lara Bagiku aksara bisa bicara suaranya sampai ke jiwa