Tentang Mengajar #3
Masih dalam suasana First Teaching Anniversary. Sudah lama
sebenarnya ingin menulis ini tapi sering tidak sempat. Lebih sering lagi karena
malas. Hehehe.
Well, langsung saja ya. Karena zaman sekarang karena ketahanan atensi
membaca seseorang semakin rendah karena kebiasaan membaca informasi singkat di
internet (katanya gitu sih). Tapi untuk membaca postingan ini mungkin kalian
akan menghabiskan waktu antara 5-10 menit.
Baiklah. Ada dua hal yang saya dapat simpulkan dari satu
tahun mengajar, baik di tempat les bahasa Inggris maupun di universitas.
1. Mengajar bukan pekerjaan mudah
Masih sering saya merasa gamang karena bertahun-tahun duduk
di bangku mendengarkan guru atau dosen. Sekarang saya yang dilihat,
diperhatikan dan didengar omongannya. Tapi sayangnya mengajar bukan hanya soal
didengarkan dan diperhatikan. Mengajar berarti membuat orang mengerti. Bukan
hanya mengerti isi, tapi juga esensi.
Dengan morat maritnya sistem politik, ketidaksetaraan
ekonomi, serta krisis moral di sebagian besar masyarakat negeri ini, esensi
pendidikan sesungguhnya sering terlupakan. Apalagi dengan adanya berita-berita
miris dunia pendidikan akhir-akhir ini. Mahasiswa bunuh dosen, guru dipenjara
karena cubit muridnya. Jadi apa esensi pendidikan di sini?
2. Pengajar dan Pelajar adalah Manusia
Ini yang saya rasa sering dilupakan. Manusia memang kadang
suka lupa kalau mereka cuma manusia. Ada kurang dan lebihnya. Ada benar dan
salahnya. Tidak selamanya guru benar. Dan tidak selamanya juga guru salah.
Begitu juga dengan muridnya. Jadi, kalau ada kasus pembunuhan dan pemenjaraan
tadi, coba lah lihat dari dua sisi. Jangan menghakimi gurunya saja atau
muridnya saja.
Dari pengalaman saya mengajar yang baru seiprit ini, sudah
lumayan banyak saya temui jenis-jenis murid. Ada yang rajinnya minta ampun tapi diam
saja ketika ada diskusi. Ada yang sukanya ngomong terus tapi isinya gak ada.
Tapi yang paling bikin saya sedih dan kesal adalah para pelajar yang tidak perdulian alias ignorant.
Tidak perduli ada kuliah ganti atau tidak. Tidak perduli ada tugas atau tidak.
Lah terus dia kuliah buat apa? Ngabisin duit orangtuanya?
Ketika mengajar di tempat les saya menggunakan pendekatan
berbeda dengan ketika mengajar di universitas. Saya menganggap bahwa mahasiswa
adalah makhluk dewasa yang sudah seharusnya tau apa yang sedang dan harus dia
lakukan untuk kebaikan dirinya. Jadi, kalau sudah diingatkan berkali-kali tapi
masih bebal juga, salah siapa? Di tempat les saya lebih luwes karena belajar
bahasa memang harus fun. Tapi lagi-lagi, saya tidak suka murid-murid yang tidak
perduli. Kembali lagi, dia les untuk apa? Ngabisin duit orangtua?
Bagi saya, pengajar dan pelajar harus tau lah peranannya
masing-masing dan saling mengerti. Pelajar harus sadar, dia itu sedang belajar.
Jangan bikin masalah atau mencari-carinya. Pengajar hanya manusia. Bisa jadi
sebelum mengajar, dia melalui hari yang berat. Bisa jadi kala itu dia kelelahan
karena seharian mengajar juga di tempat lain. Bisa jadi hidupnya susah karena apa yang didapatnya tidak sebanding dengan apa yang didapatnya.
Pengajar pun juga harus sadar,
yang dihadapi adalah kumpulan manusia dengan berbagai sudut pandang dan
kepribadian. Ya intinya, sama-sama berkelakuan modest aja sih. Dan ini emang
susahnya minta ampun! Kembali lagi ke poin nomor 1, mengajar bukan pekerjaan
mudah!
Saya sadar saya masih bau kencur lah di dunia pendidikan. Dan
mungkin kesimpulan saya di atas masih terasa naif atau (sok) idealis. Tapi
percayalah, saya suka sedih kalau mikir ke depannya bangsa ini mau kemana sih
dengan sistem pendidikan seperti ini? Mungkin akan dijawab oleh sebagian orang
“ya gak usah dipikirin juga kaleee...”
Ya gimana, kerjaan saya emang mengharuskan saya berpikir serta bikin orang lain mikir. Hahaha!
Baiklah. Itu saja dulu. Saya belum cerita tentang tingkah
laku anak zaman sekarang kan? Yang jauh berbeda dengan ketika saya masih
sekolah. Widih! Nanti lah di postingan yang lain (itu juga kalau gak males
nulisnya sih).
Oke, jangan dimasukin ke hati ya kalau ada yang tersinggung.
Masukin ke kantong aja siapa tau berubah jadi duit. *apasihNdok?*
Sekali lagi, Happy First Teaching Anniversary to me. Long
way to go, dude!
Comments