Posts

Featured Post

Sejenis Update....Tapi Bukan

Helllo! Apa kabar ini blog tercinta? (bilangnya aja tercinta tapi diterlantarkan. Hih!) Ya, namanya juga manusia dengan segala kesibukan (dan kemalasan) yang dihadapi, kadang lupa dengan hal-hal sebegini.  Ohiya, saya memutuskan untuk tidak bermain media sosial bernama Path lagi. Alasan utama adalah karena memori handphone yang selalu penuh (sama dengan memori otak juga udah kepenuhan. Hahaha.) Tapi ternyata setelah uninstall saya merasa lebih nyaman. Kadang kebanyakan lihat Path juga kurang baik untuk kesehatan jiwa dan raga. You know what I mean... Jadi saya main IG story sama Twitter aja lah (sama aja kaleeeee....:)) )  Jadi ini mau ngapain ya sebenarnya?  Oiya, benar. Saya mau nulis sesuatu.  Jadi ceritanya beberapa waktu lalu salah satu teman dekat saya akhirnya melepas masa lajangnya. Ini sekaligus menjadi momentum dimana saya secara resmi menjadi satu-satunya yang single di geng kami. Di satu sisi saya tentunya bahagia karena teman saya juga berbahagia. Tapi di s

Kontemplasi Menuju Dua Tujuh

Selamat datang bulan kesukaaaaan! Yeees! Ini bulan Februari. Itu berarti dalam waktu sekitar dua minggu lagi saya akan jadi birthday girl (walau cuma sehari). Anggap saya lebay, tapi gimana ya, saya emang gitu orangnya. :)) Well, mungkin sebagain orang sekitar akan menganggap saya anak yang sangat supel dan menjunjung tinggi istilah happy-go-lucky karena postingan Path saya yang kurang lebih entah-apa-apa.  Tapi di sisi lain, sejujurnya, sebenarnya, sedalam-dalamnya, saya adalah anak yang sangat kompleks. Mungkin untuk usia yang menuju 27 tahun ini seseorang sudah bukan zamannya lagi mendefinisikan diri tapi umur-umur segini nih yang menurut saya sebagai manusia harus terus menggali dan mendefinisikan siapa dirinya. Kenapa? karena dunia sekitar semakin rumit dan orang sekitar ada yang tidak seperti biasa kita kenal. Orang baru terus berdatangan tapi tidak sedikit yang hilang begitu saja. Fiuh! *** Di tengah kesibukan kerja yang kadang bikin saya lupa bernafas, kadang

Ketika Kembali ke Rumah Orangtua

Image
Kembali ke rumah setelah bertahun-tahun tinggal jauh dari keluarga, terutama orangtua, ternyata ada dilemma tersendiri.  Kalau diingat-ingat kembali, sejak saya SD tinggal serumah dengan orangtua bisa dihitung sekitar enam tahun. Selebihnya, saya tinggal dengan saudara kandung saya, ditemani Mbak yang menemani di rumah. Bahkan, waktu saya SMA, saya hanya tinggal berdua dengan abang dan dua orang sepupu. Basically, I'm used to live away from my parents.  Di satu sisi, terbiasa hidup mandiri sejak dini sangat membantu dalam proses penyesuaian diri dimana pun saya berada. Makan tidak pilih-pilih, tidak ribet kalau kemana-mana. Santai saja. Saya terbiasa mencuci baju sendiri, membeli keperluan sehari-hari sendiri, menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan sendiri, termasuk pergi kemana-mana sendirian. Walaupun tidak pernah lepas dari pengawasan dan dukungan (moral dan materi) orangtua, tetap saja dalam pelaksanaannya saya melakukannya sendiri. Saya punya kontrol penuh terhadap

Tentang Mengajar #3

Masih dalam suasana First Teaching Anniversary. Sudah lama sebenarnya ingin menulis ini tapi sering tidak sempat. Lebih sering lagi karena malas. Hehehe.  Well, langsung saja ya. Karena zaman sekarang karena ketahanan atensi membaca seseorang semakin rendah karena kebiasaan membaca informasi singkat di internet (katanya gitu sih). Tapi untuk membaca postingan ini mungkin kalian akan menghabiskan waktu antara 5-10 menit.  Baiklah. Ada dua hal yang saya dapat simpulkan dari satu tahun mengajar, baik di tempat les bahasa Inggris maupun di universitas. 1. Mengajar bukan pekerjaan mudah Masih sering saya merasa gamang karena bertahun-tahun duduk di bangku mendengarkan guru atau dosen. Sekarang saya yang dilihat, diperhatikan dan didengar omongannya. Tapi sayangnya mengajar bukan hanya soal didengarkan dan diperhatikan. Mengajar berarti membuat orang mengerti. Bukan hanya mengerti isi, tapi juga esensi.  Dengan morat maritnya sistem politik, ketidaksetaraan ekonomi,

Tentang Mengajar #2 - Happy First Anniversary!

Tidak menyadari bahwa sudah setahun mengajar sampai ada notifikasi dari Linkdn dan beberapa teman mengirimkan pesan berisi 'Congratulation'. Well, thanks anyway. Jadi sudah setahun bergelut dengan lesson plans, students, scoring, bikin soal ujian, deal with problematic students (and other lecturers). So, what's next? By the way, sebelumnya harus menjelaskan status saya sekarang. Intinya sih saya masih jadi part-timer. Semua yang saya kerjakan tidak ada yang tetap. Tempat kerja pindah-pindah, status setengah-setengah plus pendapatan tidak tetap. Dan ini juga yang bikin saya masih galau menjalani profesi ini. Ada banyak alasan yang menjadikan status saya gak jelas. Yah males juga sih kalau harus ditulis di blog. Intinya, sekali lagi saya dikecewakan oleh sistem administrasi tanah air. Ugh! I'm still applying for better jobs (with better income of course) but I haven't got other interview callings. Once I got it, they didn't call me again. Ah...you know...tha

Tentang Mengajar #1

Tidak terasa hampir setahun juga saya menggeluti dunia mengajar. Profesi sebagai pengajar sebenarnya bukan tujuan utama saya tapi karena satu dan lain hal, inilah yang saya jalani sampai hari ini.  Dalam kurun waktu kurang dari setahun, kurang lebih saya sudah mengajar 11 kelas di tempat les, dan 4 kelas di universitas. Yang selalu menjadi konsern saya dalam mengajar adalah bagaimana menjaga mood ketika harus berhadapan dengan murid-murid yang punya karakter berbeda-beda. Ya, abis gimana ya, susah sih makhluk Pisces. :D Ketika saya mengajar di tempat les tentu saja harus menggunakan pendekatan berbeda ketika mengajar di universitas. Di tempat les saya adalah Miss Ananda. Di universitas saya adalah Ibu Nanda atau Kak Ananda. Dari segi sapaan pun, saya harus menjalani peran yang berbeda di mana pun saya berada. Maka, ketika dalam satu hari saya harus berpindah lokasi sampai dua kali, bukan saja badan saya yang lelah, perasaan saya juga sama letihnya.  Tahun lalu saya s

Ms.Ananda's First Entry

Image
Waktu tidak cuma terbang tapi juga berjalan, berlari, teleportasi dan segala hal yang memerlukan kecepatan. Baru hari Senin, tau-tau sudah hari Minggu. Sepertinya baru saja saya memulai kehidupan sebagai seorang pengajar, rupanya anak-anak murid sudah selesai ujian final. I think I need to tell story how I ended up being an English teacher. How come?! I can’t say my English is so great that I’m capable to teach people. Kembali pada suatu hari yang tidak begitu cerah, saya terdiam di depan laptop yang menyala. Mencari akal untuk mendapatkan uang karena tak kunjung mendapat pekerjaan (setelah countless job interviews at some places in Indonesia). Kemudian saya pun iseng browsing tempat-tempat les bahasa asing di kota tempat domisili sekarang. Rencananya saya mau belajar bahasa asing saja (Mandarin/Jerman/Korea) daripada  setiap hari tanpa arah. Tapi dasar otak saya random luar biasa, saya malah iseng berfikir “apa aku ngajar anak orang bahasa Inggris aja ya?! Lumayan kayaknya. Masih