Hari Ke-5 : Is Our Life Easier With Internet?

Saya terinsiprasi buat nulis ini karena tadi sore di tengah kepuyengan menyusun item kuisioner penelitian, saya ngisi teka teki silang alias TTS. Iyaaa saya bawa tuh TTS dari Indonesia yang covernya gambar kakak-kakak entah siapa. Teman buat di pesawat atau di kala suntuk.

Walaupun sampul depannya kurang intelek, soal-soal di TTS kakak itu cukup berkualitas kok. Banyak juga kata-kata bahasa Indonesia yang saya gak tau sinonimnya apa. Omong-omong, saya  paling gak suka sama soal yang general macam : merk semen, merk pisau cukur. Ntahapa kurasa. -_-

Oke saya gak mau ngomongin soal TTS mana yang berbobot mana yang enggak, tapi mau ngomongin perbedaan cara kita mengisi TTS zaman dulu dengan zaman sekarang. Dulu kalau kita gak tau jawabannya soal TTS, pasti udah heboh bolak-balik buku pintar lah, RPAL lah, RPUL, kamus Inggris, kamus Indonesia, nanya kakak, abang, mama, ayah, sampai nanya tetangga. Semua ditanyain. Kalau gak ada yang tau, kita akan merasa lelah tak berdaya, lalu dengan tidak rela meninggalkan kotak-kotak itu dalam keadaan kosong.

Sekarang? Tinggal Googling ajaaaah….mau apa? Sinonim? Antonim? Bahasa tinggal buka google translate. Kantor berita, ibu kota negara, menteri ini meneteri itu, tinggal ketik kata kunci aja di google maka keluarlah segala jenis dokumen yang berhubungan dengan yang kita cari.

Nah, pertanyaannya. Apakah kehidupan menjadi lebih mudah dengan adanya mesin pencari, atau kalau di kampung saya namanya search engine seperti Google? Atau lebih generalnya, apakah kehidupan kita lebih mudah dengan adanya internet?

Buat saya jawabannya : iya dan tidak. Yah, namanya makhluk Pisces ya, gak ada yang benar dan yang salah. Kami para makhluk Pisces selalu berada di jalan abu-abu karena kami bisa melihat satu hal dari banyak perspektif. Orang berzodiak Pisces juga selalu bingung karena terlalu banyak mikir, direspresentasikan oleh lambang zodiaknya: dua ikan berenang muter-muter gak jelas di aquarium.

Ini kenapa jadi bahas astrologi? K

Baiklah, kembali ke masalah hidup jadi lebih mudah atau tidak. Di satu sisi kehidupan memang lebih mudah karena ada internet. Mau ngapain aja gampang, asal ada sinyal internet. Mau cari apa yang gak bisa? Nyari info restoran, sekolah, universitas, bahkan nyari pasangan juga bisa melalui internet.
Tapi di sisi lain, sungguh buat saya kehidupan jadi sangat complicated sejak saya mengenal benda bernama internet. 

Kenapa?

Pertama, karena makin banyak informasi. Emang sih, informasi bikin kita lebih pinter, bikin kita banyak tau, dan bikin pikiran kita lebih terbuka. Tapi, too much information kadang malah bikin kita jadi bingung, YANG BENAR YANG MANAAA??

Saya sering menemukan artikel kesehatan misalnya. Di artikel yang satu, bilang kalau banyak minum air putih itu bagus buat kesehatan kulit, dan lain-lain. Tapi ada juga artikel-artikel lain yang bilang kalau minum air putih banyak juga harus hati-hati karena bisa mengganggu fungsi ginjal, akibat kerja ginjal yang terus-menerus. Okay, fine.

Atau kita temui berita-berita terkini seperti misalnya bencana alam. Satu berita bilang korban meninggal 200 orang misalnya. Berita sebelah bilang 50 orang. Padahal kalau lihat waktu berita dipublish, hampir sama saja. Lah, ini yang mana yang bener?? 150 nyawa itu banyak kan ya?

Intinya sih, dalam internet itu banyaaaaak sekali informasi. Ketik satu kata di Google, hasilnya bisa sepuluh ribuan lebih.

Ada satu penelitian menarik yang dibuat oleh Ethnographic Research in Illinois Academic Libraries (ERIAL) di lima universitas di Illinois, Amerika Serikat. Dari 60 mahasiswa yang jadi responden penelitian ini ditemukan kalau mereka rata-rata tidak optimal dalam kegiatan Googling. Iya, ngasal aja gitu nyari info tapi gak ngerti yang mana yang relevan sama mereka. Kalau mau lihat hasil lengkap studinya bisa dilihat di sini.

Ironis memang. Ketika sumber informasi semakin banyak dan mudah diakses, kita manusia malah terjebak dalam lautan informasi. Pilihannya ada dua: mau belajar berenang dengan baik atau jauh-jauh dari laut.

Alasan yang kedua, jadi suka berprasangka sama orang. Yah, gitu deh, agak-agak susah percaya sama orang jaman sekarang,sering curigaan. Apalagi orang yang dikenal melalui dunia maya. Seperti namanya dunia si maya ini dunia virtual, gak nyata.

Dulu sebelum ada internet kita pun sebenarnya juga untuk percaya sama orang. Dan lebih susah juga tau kehidupan teman-teman kita sebenarnya . Mungkin saja teman kita ini di sekolah dia super baik, eh taunya di rumah kalau makan pake kaki dia adalah anak yang kejam dan tidak sopan, hobinya banting-banting barang dan melawan orangtua. Atau mungkin dia adalah psikopat atau kleptomania. *kebanyakan nonton drama*

Sekarang, dengan adanya situs jejaring sosial macam Twitter. Iya saya kasih contohnya Twitter soalnya udah empat tahun belakangan jarang buka Facebook, semenjak mantan saya punya pacar baru main Twitter. Sekarang kita bisa tau teman kita buat apa tiap detiknya, kalau dia rajin ngetweetnya. 

Dan sekarang bukan cuma susah percaya sama orang tapi kita sering sadar atau gak sadar nge-judge seseorang cuma dari bio Twitternya atau tweet-tweetnya. Gak bisa disalahkan sepenuhnya juga sih,  sebenarnya media sosial itu memang salah satu medium untuk berekspresi jadi mungkin sedikit banyak kita men-citra-kan diri kita dalam platform tersebut. Tapi, apakah tidak kejam namanya cuma lihat orang hanya dari bio Twitternya?

Seorang antropolog Jepang bernama Mimi Ito berpendapat kalau apa yang kita lakukan di dunia maya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang kita lakukan di dunia nyata, seperti misalnya mencari teman, kenalan, ngobrol-ngobrol, memilih teman dan lain-lain. Saya setuju sama pendapat beliau. Baik di dunia maya ataupun di dunia nyata, kita harus pintar-pintar membangun hubungan dengan orang. Tapi tentunya harus dibarengi dengan kesadaran kalau dunia nyata adalah kehidupan yang betul-betul harus kita fokuskan tujuannya.

Trus Ndok intinya apa?

Nah, saya juga bingung intinya mau bilang apa ya? Dari TTS udah sampai ke Twitter pula. -_-

Oiya, jadi intinya sih, kehidupan memang jadi agak rumit dibandingkan dahulu ketika kita gak mengenal dunia internet, satu-satunya nomor penting yang harus kita simpan dan sifatnya rahasia cuma pin ATM. Sekarang kita musti pinter-pinter bikin password karena takut dihack sama orang iseng. 
Tapi, ada baiknya kita menggunakan internet dengan bijaksana. Jangan langsung percaya sama apa aja yang ada di internet. Gak usah sok mantap nge-judge orang dari avatar atau bio Twitternya.

Dan seperti kata Tante Mimi Ito tadi, karena dunia maya juga semacam ‘playground‘ di dunia nyata, jadi mari kita main dengan baik dan jujur tapi harus tetap pakai strategi. Jangan curang atau cuma jadi anak bawang.;)

Selamat berakhir pekan. Peace, Love and Gaul. #terplanetremaja 

Comments

madebhela said…
Ya internet memang kadang mempersulit pekerjaan kita. Tapi selama kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Misal : Adanya blog sebagai tempat "curhat". Kan bagus ya bisa saling sharing tentang apa aja. Salam kenal!

Salam generasi ibu jari! ;)
Tapi kalo nggak ada internet, nggak bisa posting buat 30 hari bercerita, hehe. Postingannya menarik deh. Salam kenal :D
ananda anwar said…
@madebhela : iya makanya saya mengajak teman2 sekalian utk memnfaatkan internet dgn sebaik2nya, dan tetep fokus sama dunia nyata.:) salam kenal juga.

@fidella : hahaha iya betul. terimakasih dan salam kenal juga.:)

Popular posts from this blog

Study Week, Minggu Mengulangkaji, atau Minggu Tenang?

Ketika Kembali ke Rumah Orangtua

Hello, world: Long Time No Post!