Hari Ke-7 : Antara Passion, Cita-cita dan Realitas

Omong-omong soal judul tulisan ini saya memang belakangan makin sering memikirkan ketiga hal yang menurut saya saling berhubungan. Semakin bertambahnya umur (Ya Tuhan umur saya bulan depan 23! *gunting KTP*), pikiran dan pertanyaan mengenai kehidupan making rajin aja singgah di kepala. Saya kira dulu anak SMP dan SMA lah yang paling galau dan labil dari segala jenis umur. Tapi kok rasanya usia 20-an ini complicatednya pol-pol-an. Ini saya aja yang suka ngeribetin kehidupan atau ada yang ngerasa gitu juga gak sih?

Passion adalah satu kata yang makin sering saya dengar. Dulu waktu saya masih sekolah jarang tuh ada yang ngomong passion. Mungkin karena saya sekolahnya di kampung-kampung pedalaman Sumatera Utara kali ya yang dulu televisi pun harus pake parabola kalau mau dapat semua channel tv nasional. Aduh kok malah curcol.

Mungkin passion itu dulu sering disebut minat kali ya, sesuatu yang kita suka. Yah kan sekarang apa-apa pake bahasa Inggris biar keren, jadinya sering disebut passion. Passion bahasa Indonesianya itu gairah/semangat/nafsu, mungkin kira-kira maksudnya sesuatu yang bikin kita semangat menggebu-gebu mengerjakannya. Anak-anak jaman dulu mungkin banyak yang bingung kalau ditanya minat atau passionnya apa. Beda sama anak jaman sekarang. Mungkin karena sekarang makin banyak infromasi jadi banyak sekali yang bisa dijadikan pertimbangan dan referensi.

Passion sering disebut-sebut sebagai satu hal yang sangat membanggakan. Pokoknya, temukan passion mu, maka kamu akan bahagia seumur hidup. Yah, kira-kira kalau di Tumblr atau akun quotes yang inspirasional : Find your passion, money will follow. Jiyeee...:D

Dulu waktu saya sekolah (iya, yang di kampung-kampung itu), informasi sangat terbatas. Untung saja saya punya televisi di rumah dan di ibukota kabupaten banyak dijual majalah dan buku-buku dari Jakarta. Dan kalau Ayah saya pulang dari ibu kota provinsi, beliau selalu membawakan saya dan saudara-saudara buku-buku atau majalah yang bagus. Beli di Gramedia gitu. Dulu udah mantap kali lho kalau di sekolah bawa buku cerita rakyat atau kumpulan dongeng Bobo. Beeeeghhh ada tag harga Gramedia nya. Oke, makin kelihatan kekampungannya.:P


Sayangnya, tidak semua orang menyadari passion atau minat mereka lebih awal. Banyak kasus setelah mereka dewasa (atau bahkan tua), baru menyadari bahwa sebenarnya apa yang mereka lakukan sekarang bukanlah yang benar-benar mereka inginkan. Bahwa yang mereka lakukan tidak (lagi) membuat mereka beresemangat, malah cenderung tertekan. Namun sudah terperangkap dalam siklus kehidupan yang susah sekali untuk ditinggalkan. Saya pernah membaca satu quotes yang sebanrnya sungguh sangat menohok perasaan.

"One of the hardest decision you'll ever face in life is choosing whether to walk away or try harder."

Dulu saya tidak begitu mengerti maksud passion, minat atau apapun namanya. Yang saya tau, abis sekolah SD-SMP-SMA-kuliah trus kerja deh. Karena katanya begitu (harusnya) 'siklus' nya. Tapi seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa siklus kehidupan tidak sesederhana itu. 

Nah, bagaimana dengan cita-cita? Apakah cita-cita itu cuma sebatas keinginan kita sewaktu kecil yang sebenarnya semu? Bukankah cita-cita itu juga perlu dicapai? Dan dalam prosesnya pasti sangat banyak naik turunnya, dan tentu saja, pilihan kedua dalam quotes di atas sangat diperlukan.

Kadang-kadang passion dan cita-cita tidak sejalan. Ada yang cita-citanya mau jadi dokter tapi yang membuatnya bersemangat adalah memasak. Mungkin saya termasuk ke dalam kelompok orang yang begitu ya, maunya lain, tapi yang bikin saya senang mengerjakannya malah yang lain. Parahnya, saya telat menyadarinya.

Mungkin buat saya sekarang cita-cita tetap jadi tujuan utama, dan passion sebagai sesuatu yang bikin tetap semangat mengejar cita-cita. Sedangkan realitas adalah sesuatu yang harus dijalani karena sadar ataupun tidak sadar, setiap kita punya andil dalam realitas yang kita punya. 

Maka dalam konteks saya, saya pilih yang kedua, try harder. Atas nama komitmen terhadap cita-cita dan tentu saja, realitas.

Btw, ada yang merasakan hal yang sama gak sih? yang cita-cita dan passionya agak berbeda? *nyari kawan* 

P.S: ini seperti naskah curcol dan sedikit self defense ya. *siul-siul* 

Comments

icho farah said…
cita-cita itu kadang absurd ndok, apalagi cita2 yg sudah tercampur tangankan tradisi & org2 di sekitar. seringnya kita terperangkap dlm cita-cita yg pd akhirnya kita nanya lg dlm hati 'beneran ini gak ya yg aku mau?'.. aku jg sering ketemu sama org2 yg bahkan udh berusia 30'an juga masih gak tau apa maunya dlm hidupnya..

tapi kalo menurut aku, kalo passion gak ada matinya ndok. terkadang hal-hal yg berbau passion ini emank kalo diliat scr kasat mata 'sia2 & gak ada faedahnya', tapi yakin deh hal2 yg kita lakukan sesuai passion yg kalo di lakukan scr konstan & terus menerus pd akhirnya akan terakumulasi menjadi sebuah 'cita-cita yg berarti'.. dan pd akhirnya kt bakal dpt jwbn dr rasa gundah gulana selama ini, "nah, ini lo maunya aku!!"

aku suka tulisanmuuu ndok :D :*
ananda anwar said…
faraaaah.............:)
aku ngefans emang samamu...hehehhee...
dan aku salut krn kau berani bikin passionmu jadi apa yang kau kerjakan.
itu hebat.

makasih far, aku juga suka ngintip tulisanmu. hehehe

Popular posts from this blog

Study Week, Minggu Mengulangkaji, atau Minggu Tenang?

Ketika Kembali ke Rumah Orangtua

Hello, world: Long Time No Post!